Kemenyaan dalam bahasa Batak
disebut haminjon, semantara dunia ilmu pengetahuan menyebutnya Styrax Benzoin.
Selain di Tapanuli dia hanya ditemukan di Muangthai, Kamboja, dan Vietnam.
Muangthai juga disebut orang Siam, karena itu getah yang harum itu dikenal pula
dengan nama “Siam Benzoin.” Wilayah Tanah Batak dipuja sebagai sumber haminjon
berkualitas terbaik. DESA PANSURBATU adalah salah satu huta atau lumbung haminjon di wilayah
TAPANULI.
Ketika Yesus lahir di Betlehem
ada tiga orang majus dari timur datang membawa persembahan. Mereka sampai ke
sana berkat tuntunan bintang-bintang. Persembahan mereka terdiri dari emas, mur
(damar yang harum), dan kemenyan. Tak ada kisah-kisah para rasul
yang menyebutkan dari mana kemenyan itu diambil. Hanya para penulis sejarah
yang mengatakan kemenyan berasal dari Tapanuli dengan pintu masuknya pelabuhan
Barus. Para pelaut dari Persia (sekarang Iran) yang membawa kemenyaan itu ke
dunia luar. Dan jadilah kemenyan sebagai perangkat pengharum upacara keagamaan.
Haminjon merupakan sumber mata
pencaharian utama masyarakat DESA PANSURBATU. Sebelum tahun 2000 SM, sekitar 86 persen warga Desa Pansurbatu hidup
dari haminjon. namun saat ini, sebahagian besar penduduk mulai meninggalkan haminjon sebagai komoditas utama. Padahal diperkirakan ada sekitar 10.000 ha lahan yang menjadi
sumber kemenyan. Bagi parhaminjon, masalah utama
yang mereka hadapi adalah soal harga dan sulitnya medan untuk menempuh TOMBAK
(hutan) tempat haminjon ditanami.
Gota ni haminjon (getah kemenyan)
mengandung asam balsamat yang wangi, maka bisa dijadikan parfum dan
wangi-wangian serta bisa dijadikan minyak untuk ritus-ritus agama. Bau dari
wangian haminjon sangat mencolok; itu sebabnya perusahan-perusahan parfum dunia
menjadikan haminjan menjadi bahan bakunya. Data menunjukkan, tahun 1990
produsen haminjon utama dari Tapanuli di Indonesia dengan luas tanaman
kira-kira 22.670 hektar dan produksi getah sekira 2.000 ton per musim panennya.
Umumnya kemenyan tumbuh di daerah
pegunungan dengan ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut, bersuhu
antara 28-30 derajat Celsius di tanah podsolik merah kuning dan latosol.
Keasaman tanah antara 5,5 hingga 6,5 dengan kemiringan tanah maksimal 25
derajat.
Kemenyan menjadi komoditas
andalan daerah jauh di bawah kopi dan tanaman lainnya, bahkan sekitar 86 persen
keluarga DESA PANSURBATU(sekitar 400 kk ) hidup dari pohon kemenyan. Keminyan
mampu hidup hingga lebih dari 100 tahun.
Proses pertama maningi adalah
cukilan pertama pada batang pohon akan menghasilkan getah berwarna putih.
Getahnya ini baru bisa diambil sekitar tiga bulan kemudian itulah disebut
mangaluak atau mengambil hasil getah kemenyaan. Sebelum manige pertama adalah
mangarambas yaitu membersihkan tumbuhan yang ada di sekitar batang pohon yang
kira-kira 2 meter, manahiri, mangguris dan manuntuk.
Alat-alat dalam para parhaminjon
adalah agat berbetuk pisau kecil bulat digunakan untuk mengambil getah
haminjon. Getah itu menempel di kulit pohon sehingga untuk memanen petani harus
mencongkel kulit batang kemenyan. Getah putih yang disebut sidukapi adalah
getah yang paling besar dari hamijon dan paling mahal. Dari bekas cukilan itu
akan menghasilkan tetesan getah kedua yang disebut tahir biasanya dipanen
dua-tiga bulan setelah memanen sidukapi harganya lebih murah.
Biasanya dalam manige ada ritus
berdoa dibawa pohon dengan membawa lemak daging babi atau itak/ kue itak gurgur
kue yang terbuat dari campuran tepung beras, gula merah, dan parutan
kelapa(MARHONTAS), kemudian sebelum maningi terlebih dahulu semua peralatan
siolesi daging babi dan Kue itu dikunyah lalu disemburkan ke batang pohon
kemenyan yang hendak disadap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MOHON BERI MASUKAN MEMBANGUN DAN POSITIF
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.